BAB II
KAJIAN TEORITIS
A.
Model
Pembelajaran Kooperatif
Menurut
Suyatno (2009: 51) model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran
dengan cara berkelompok untuk cara bekerja sama saling membantu mengkonstruksi
konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Siswa diminta bekerja dalam
kelompok yang heretoren.
Eggen
dan Kauchack (dalam Trianto, 2011: 42) pembelajaran koperatif (Cooperative Learning) merupakan sebuah
kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara kolaborasi
untuk mencapai tujuan bersama. Model pembelajaran koperatif lebih mengedepankan
kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan
keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan model
pembelajaran koperatif adalah hasil belajar akademik atau tertulis siswa
meningkat dan siswa dapat menerima berbagai perbedaan dari temannya serta
pengembangan keterampilan sosial.
Model
pembelajaran koperatif (Cooperative Learning)
adalah salah satu model pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual
yang mendukung teori perkembangan kontruktivisme. Pada dasarnya pendekatan
teori ini menekankan kepada siswa untuk dapat menemukan dan mengubah pengetahuan yang mereka peroleh.
B.
Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Jigsaw
dalam bahasa Inggris berarti gergaji. Jadi, pembejaran Kooperaf tipe Jigsaw mengikuti bentuk gigi sebuah
gergaji, yaitu siswa melakukan kegiatan pembelajaran dengan cara bekerja sama
dengan siswa lain yang saling tukar antar kelompok. Maka akan terbentuk bagan
pertukaran kelompok seperti dibawah ini :
Gambar 2.1
M N O
P Q R
|
G H I
J K L
|
A B C
D E F
|
A G M
D J P
|
B H N
E K Q
|
C I O
F L R
|
Koperatif
tipe Jigsaw merupakan salah satu
model pembelajaran yang paling fleksibel.
Dimana guru dapat mengubah struktur keanggotaan setiap tim jika terjadi keadaan
yang tidak diharapkan. Hal ini berkaitan dengan pengaturan anggota kelompok
dimana jika terjadi dalam suatu kelompok terdapat siswa dengan taraf kognitif
diatas rata- rata kelas, maka guru dapat mengatur susunan kelompok lagi.
Diperlukannya
pengelompokan yang bersifat heterogen (keberagaman) agar menciptakan suasana
belajar yang kondusif, adapun langkah-langkah yang dapat ditempuh seperti
berikut:
1.
Menyampaikan
tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa
2. Menyampaikan
informasi atau materi secara umum
3.
Mengatur siswa
kedalam kelompok asal dan kelompok ahli
4.
Membimbing
kelompok bekerja dan belajar
5.
Memberi evaluasi
6.
Memberi
penghargaan
Tahapan atau
fase yang harus dijalani oleh guru dalam penerapan model ini antara lain:
1) Kelompok Asal (Base Group)
Siswa dibagi ke dalam kelompok kecil yang
beranggotakan 4 – 6 orang siswa yang
heterogen. Pengelompokan siswa dilakukan secara random. Bagikan materi atau tugas yang
sesuai dengan pembelajaran
yang diajarkan. Masing-masing
siswa dalam kelompok mendapat
tugas atau materi yang berbeda dan memahami informasi yang berada di dalamnya.
2) Kelompok Ahli (Expert Group)
Kumpulkan masing-masing siswa yang memiliki
tugas atau materi yang sama dalam
satu kelompok, yakni kelompok ahli. Dalam
kelompok ahli ini guru menugaskan siswa belajar bersama untuk menjadi ahli
sesuai dengan materi atau tugas yang menjadi tanggung jawab siswa.
Tugaskan
bagi semua anggota kelompok ahli untuk memahami dan dapat menyampaikan
informasi tentang hasil dari materi atau tugas yang telah dipahami kelompok
asal.
Apabila
tugas sudah selesai dikerjakan dalam kelompok ahli, masing- masing siswa kembali ke
kelompok asal. Beri
kesempatan secara bergiliran masing-masing siswa untuk menyampaikan hasil dari diskusi dikelompok ahli. Apabila kelompok sudah
menyelesaikan tugasnya, secara keseluruhan masing- masing kelompok melalui perwakilan atau ketua kelompok melaporkan
hasilnya dan mempresentasikannya
didalam forum kelas.
Setelah kuis dilakukan, maka
dilakukan perhitungan skor perkembangan individu dan skor kelompok. Skor
individu setiap kelompok memberi sumbangan pada skor kelompok berdasarkan
rentang nilai yang ditentukan guru. Pada akhir pembelajaran, guru memberikan reinforcement berupa penghargaan
kelompok.
Kelebihan model pembelajaran
koperatif tipe Jigsaw ialah persentase kegagalannya yang relatif kecil. Hal ini
disebabkan setiap siswa harus meguasai satu sub atau satu materi untuk
dijelaskan kepada temannya, sehingga memotivasi siswa yang lemah dalam
pelajaran untuk bertindak aktif agar ia menguasai materi yang diberikan guru.
C.
Hasil
Belajar Matematika
Belajar
menurut beberapa ahli ialah (Syaiful 2003: 14):
1. Skiner berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses
adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif
2.
Gegne
berpendapat bahwa belajar adalah kegiatan yang kompleks, dan hasil belajar
berupa kapabilitas, timbulnya kapabilitas disebabkan stimulasi yang berasal
dari lingkungan, dan proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar
Secara
rinci belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh
pengetahuan baik secara formal maupun nonformal yang dapat menimbulkan
perubahan pada cara berfikir, bertingkah laku, dan merespon suatu peristiwa
dalam interaksi sosial.
Hasil
belajar sebagai dampak pengajaran dari proses pembelajaran. Ciri- ciri dari
perubahan yang menggambarkan hasil belajar seperti perubahan tingkah laku,
perubahan kepribadian, dan pola pikir. Jadi, hasil belajar lebih mengedepankan
perubahan atau bertambahnya pengetahuan seorang individu.
Dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap dan
keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan
oleh guru sehingga dapat mengaplikasikan pengetahuan itu dalam kehidupan
sehari-hari.
Jadi,
hasil belajar matematika merupakan output
yang diperoleh dari proses pembelajaran matematika yang dilaksanakan oleh guru
dan siswa disekolah melalui kegiatan belajar, ujian, kuis, dan ulangan harian.
Dalam penelitian ini hasil belajar yang dimaksud adalah perolehan nilai atau
skor.
D.
Hubungan
Model Pembelajaran Koperatif Tipe Jigsaw
dengan Hasil Belajar Matematika
Adapun
hubungan yang terjadi pada kedua variabel adalah hubungan sebab-akibat, dimana
model yang dipakai dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, baik menurunkan atau
meningkatkan hasil belajar.
Melalui
pembelajaran model kooperatif tipe Jigsaw,
siswa akan dapat memperbaiki kelemahan- kelemahan dan kekurangan dalam memahami
suatu materi. Siswa belajar bersama, saling membantu dan berdiskusi dalam
menyelesaikan soal- soal pada satu kegiatan pembelajaran, yang akan mempererat
hubungan antar sesama siswa.
E.
Hipotesis
Berdasarkan
rumusan penelitian yang dikemukanan di atas, maka hipotesis penelitian
dirumuskan sebagai berikut : “Terdapat perbedaan signifikan peningkatan hasil
Matematika antara siswa yang memperoleh pembelajaran melalui penerapan model
pembelajaran koopertif tipe Jigsaw
dan siswa yang memperoleh pembelajaran biasa.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar