Kamis, 24 Oktober 2013

JIGSAW BAB 1



BAB I
PENDAHULUAN

A.            LATAR BELAKANG MASALAH
            Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki peranan penting yang diberikan kepada siswa. Matematika juga bersifat universal, yang berarti bahwa ilmu ini dapat diterapkan dalam setiap kegiatan manusia. Menurut Naga (Abdurrahman 2003: 253) bidang studi matematika yang diajarkan di Sekolah Dasar mencakup tiga cabang yaitu aritmatika, aljabar dan geometri.
Sekolah dasar sebagai salah satu sarana penanaman ilmu pengetahuan, disinilah peranan awal bagi seorang individu  membangun pondasi dasar mengenai kemampuan maupun kompetensi matematikanya. Sekolah memberikan bimbimngan dan kesempatan bagi siswa dalam mengembanakan kemapuan mereka, terutama dalam penguasan konsep dasar matematika.
Adapun tujuan pendidikan matematika di dalam kurikulum KTSP (2006: 158) yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan:
1.      Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau alogaritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
2.      Menggunakan penalaran pada pola sifat, melakukan manipulasi matematika, dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan menyatakan matematika
3.      Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh
4.      Mengkomunikasikan gagasan dan simbol, tabel, atau media untuk memperjelas solusi yang diperoleh.
5.      Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
 Siswa dituntut agar dapat menguasai kemampuan dasar matematika, seperti operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian melalui bimbingan serta arahan guru disekolah. Seperti yang disebutkan diatas, sekolah menjadi tempat berinteraksinya antara guru dan siswa harus dapat menjawab tantangan tersebut.
Seluruh kompetensi diatas dapat dinilai melalui hasil belajar siswa. Hasil belajar yang paling akurat ialah hasil belajar dalam bentuk nilai atau skor yang diperoleh dari tes. Melalui perolehan nilai, kita dapat membandingkan dan mengamati perubahan dalam bentuk peningkatan atau penurunan kualitas belajar siswa.
Faktor eksternal yang mempengaruhi belajar siswa terdiri atas dua macam yaitu faktor lingkungan sosial dan lingkungan nonsosial. Salah satu faktor eksternal lingkungan nonsosial yang mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu model pembelajarn yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran.
Jika model pembelajaran yang digunakan tidak sesuai dengan kemampuan siswa maka pembelajaran akan terhambat dan hasilnya pembelajaran akan rendah, sebaliknya jika model yang digunakan sesuai maka hasil belajar pun meningkat. Pembelajaran biasa biasanya digunakan oleh para guru dalam penyampaikan materi matematika.
Semakin berkembang dan bervariasinya model- model pembelajaran menciptakan alternatif- alternatif cara mengajar bagi guru dalam proses pembelajaran. Kebanyakan model- model pembelajaran yang baru hanya berpedoman pada perkembangan pendidikan dunia barat, sehingga sulit bagi para pendidik kita untuk menerapkannya karena faktor budaya dan kemampuan siswa kita yang berbeda.
Selama ini proses pembelajaran matematika masih didominasi oleh guru, sehingga komunikasi yang terjadi hanya bersumber satu arah, yakni guru. Pembelajaran tipe ini cenderung membawa situasi kelas menjadi tegang karena menuntut siswa konsentrasi penuh secara terus menerus dari awal sampai akhir pembelajaran. Hal yang demikian merupakan salah satu keprihatinan bagi guru yang perlu segera dipecahkan, jika dibiarkan berkepanjangan berdampak pada hasil belajar siswa nantinya.
Kenyataan yang terjadi dikelas V Sekolah Dasar Negeri 99 Pekanbaru  adalah kurangnya kemampuan dan minat belajar matematika yang berujung pada rendahnya hasil belajar matematika. Siswa beranggapan bahwa matematika adalah pelajaran sulit dan membosankan. Sehingga dalam proses pembelajaran siswa menjadi kurang tertarik pada matematika dengan beberapa gejala yang ditimbulkan.
Dalam proses pembelajaran, siswa terbiasa diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran biasa. Memang hal ini tidak sepenuhnya salah, alangkah baiknya jika siswa disajikan materi dengan melakukan variasi model dalam penyampaian materi pembelajaran. Terutama penyesuaian cara mengajar dengan perkembangan mental anak saat ini telah banyak dipengaruhi oleh lingkunganya agar menarik minat belajarnya.
            Salah satu model pembelajaran yang dapat menarik minat siswa yakni model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw. Dimana akan membantu guru dalam menyampaikan materi dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa  melalui diskusi saling silang antar kelompok. Sehubungan dengan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk mengetahui hubungan antara model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dan minat belajar dengan melakukan penelitian dengan judul, ” Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Sekolah Dasar (Studi Eksperimen di Kelas V SD  Negeri 99 Pekanbaru) ”.



B.            Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah penelitian adalah, ” Apakah terdapat perbedaan yang signifikan peningkatan hasil belajar matematika antara siswa yang memperoleh penerapan model pembelajaran model Kooperatif tipe Jigsaw dan siswa yang memperoleh pembelajaran biasa?”
C.            Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang memperoleh penerapan model pembelajaran model Kooperatif tipe Jigsaw dan siswa yang memperoleh pembelajaran biasa, khusus pada materi bangun datar.
D.           Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini antara lain:
1.      Bagi siswa, merupakan salah satu usaha meningkatkan hasil belajar
2.      Bagi guru, dapat dijadikan salah satu alternatif strategi pembelajaran
3.      Bagi sekolah, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan proses pembelajaran dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan
4.      Bagi peneliti lain, sebagai landasan untuk dapat dijadikan bahan bagian penelitian lebih lanjut dalam cakupan yang lebih luas.



E.            Defenisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah yang terdapat pada rumusan masalah dalam penelitian ini, perlu dikemukakan definisi operasional sebagai berikut :
1.      Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw adalah salah satu model pembelajaran yang menekan pada kerja sama antar individu dalam kelompok asal dan di kelompok atau tim ahli dalam memecahkan masalah.
2.      Hasil belajar matematika adalah hasil yang diperoleh siswa selama mengikuti proses belajar matematika, dapat berupa nilai, pemahaman, pengetahuan dan keterampilan matematika lainnya.
3.      Model pembelajaran biasa di definiskan sebagai model pembelajaran yang digunakan oleh guru matematika di SDN 99 Pekanbaru yang menjadi tempat penelitian. Pembalajaran di SD ini didominasi oleh metode ceramah dan tanya jawab, dimana guru lebih cenderung lebih aktif sebagai sumber informasi bagi siswa dan siswa cenderung pasif dalam menerima informasi.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar