BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG MASALAH
Matematika
merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki peranan penting yang
diberikan kepada siswa. Matematika juga bersifat universal, yang berarti bahwa
ilmu ini dapat diterapkan dalam setiap kegiatan manusia. Menurut Naga
(Abdurrahman 2003: 253) bidang studi matematika yang diajarkan di Sekolah Dasar
mencakup tiga cabang yaitu aritmatika, aljabar dan geometri.
Sekolah
dasar sebagai salah satu sarana penanaman ilmu pengetahuan, disinilah peranan
awal bagi seorang individu membangun
pondasi dasar mengenai kemampuan maupun kompetensi matematikanya. Sekolah
memberikan bimbimngan dan kesempatan bagi siswa dalam mengembanakan kemapuan
mereka, terutama dalam penguasan konsep dasar matematika.
Adapun
tujuan pendidikan matematika di dalam kurikulum KTSP (2006: 158) yaitu agar
peserta didik memiliki kemampuan:
1.
Memahami konsep
matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep
atau alogaritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan
masalah.
2.
Menggunakan
penalaran pada pola sifat, melakukan manipulasi matematika, dalam membuat
generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan menyatakan matematika
3.
Memecahkan
masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika,
menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh
4.
Mengkomunikasikan
gagasan dan simbol,
tabel, atau
media untuk memperjelas solusi yang diperoleh.
5.
Memiliki sikap
menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu,
perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya
diri dalam pemecahan masalah.
Siswa
dituntut agar dapat menguasai kemampuan dasar matematika, seperti operasi
penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian melalui bimbingan serta
arahan guru disekolah. Seperti yang disebutkan diatas, sekolah menjadi tempat
berinteraksinya antara guru dan siswa harus dapat menjawab tantangan tersebut.
Seluruh
kompetensi diatas dapat dinilai melalui hasil belajar siswa. Hasil belajar yang
paling akurat ialah hasil belajar dalam bentuk nilai atau skor yang diperoleh
dari tes. Melalui perolehan nilai, kita dapat membandingkan dan mengamati
perubahan dalam bentuk peningkatan atau penurunan kualitas belajar siswa.
Faktor
eksternal yang mempengaruhi belajar siswa terdiri atas dua macam yaitu faktor
lingkungan sosial dan lingkungan nonsosial. Salah satu faktor eksternal
lingkungan nonsosial yang mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu model
pembelajarn yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran.
Jika
model pembelajaran yang digunakan tidak sesuai dengan kemampuan siswa maka
pembelajaran akan terhambat dan hasilnya pembelajaran akan rendah, sebaliknya
jika model yang digunakan sesuai maka hasil belajar pun meningkat. Pembelajaran
biasa biasanya digunakan oleh para guru dalam penyampaikan materi matematika.
Semakin
berkembang dan bervariasinya model- model pembelajaran menciptakan alternatif-
alternatif cara mengajar bagi guru dalam proses pembelajaran. Kebanyakan model-
model pembelajaran yang baru hanya berpedoman pada perkembangan pendidikan
dunia barat, sehingga sulit bagi para pendidik kita untuk menerapkannya karena
faktor budaya dan kemampuan siswa kita yang berbeda.
Selama
ini proses pembelajaran
matematika masih didominasi oleh
guru, sehingga komunikasi yang terjadi hanya bersumber satu arah, yakni guru. Pembelajaran
tipe ini cenderung membawa situasi kelas menjadi tegang karena menuntut siswa
konsentrasi penuh secara terus menerus dari awal sampai akhir pembelajaran. Hal
yang demikian merupakan salah satu keprihatinan bagi guru yang perlu segera
dipecahkan, jika dibiarkan berkepanjangan berdampak pada hasil belajar siswa
nantinya.
Kenyataan
yang terjadi dikelas V Sekolah Dasar Negeri 99 Pekanbaru adalah kurangnya kemampuan dan minat belajar
matematika yang berujung pada rendahnya hasil belajar matematika. Siswa beranggapan bahwa matematika adalah pelajaran
sulit dan membosankan. Sehingga dalam proses pembelajaran siswa menjadi kurang
tertarik pada matematika dengan beberapa gejala yang ditimbulkan.
Dalam
proses pembelajaran, siswa terbiasa diajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran biasa. Memang hal ini tidak sepenuhnya salah, alangkah baiknya
jika siswa disajikan materi dengan melakukan variasi model dalam penyampaian
materi pembelajaran. Terutama penyesuaian cara mengajar dengan perkembangan
mental anak saat ini telah banyak dipengaruhi oleh lingkunganya agar menarik
minat belajarnya.
Salah
satu model pembelajaran yang dapat menarik minat siswa yakni model pembelajaran
Kooperatif tipe Jigsaw. Dimana akan
membantu guru dalam menyampaikan materi dan dapat meningkatkan hasil belajar
siswa melalui diskusi saling silang
antar kelompok. Sehubungan dengan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk
mengetahui hubungan antara model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dan minat belajar dengan
melakukan penelitian dengan judul, ” Model
Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika Siswa Sekolah Dasar (Studi Eksperimen di Kelas V SD Negeri 99 Pekanbaru) ”.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah, maka rumusan masalah penelitian adalah, ” Apakah
terdapat perbedaan yang signifikan peningkatan hasil belajar matematika antara
siswa yang memperoleh penerapan model pembelajaran model Kooperatif tipe Jigsaw dan siswa yang memperoleh
pembelajaran biasa?”
C.
Tujuan
Penelitian
Penelitian ini
bertujuan untuk perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang memperoleh
penerapan model pembelajaran model Kooperatif tipe Jigsaw dan siswa yang memperoleh pembelajaran biasa, khusus pada
materi bangun datar.
D.
Manfaat
Penelitian
Adapun manfaat
yang ingin dicapai dalam penelitian ini antara lain:
1. Bagi
siswa, merupakan
salah satu usaha meningkatkan
hasil belajar
2. Bagi
guru, dapat
dijadikan salah satu alternatif strategi pembelajaran
3. Bagi
sekolah, penelitian
ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan proses
pembelajaran dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan
4. Bagi
peneliti lain, sebagai
landasan untuk dapat dijadikan bahan bagian penelitian lebih lanjut dalam
cakupan yang lebih luas.
E.
Defenisi
Operasional
Untuk
menghindari terjadinya perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah yang
terdapat pada rumusan masalah dalam penelitian ini, perlu dikemukakan definisi
operasional sebagai berikut :
1. Model
Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw
adalah salah satu model pembelajaran yang menekan pada kerja sama antar
individu dalam kelompok asal dan di kelompok atau tim ahli dalam memecahkan
masalah.
2. Hasil
belajar matematika adalah hasil yang diperoleh siswa selama mengikuti proses
belajar matematika, dapat berupa nilai, pemahaman, pengetahuan dan keterampilan
matematika lainnya.
3. Model
pembelajaran biasa di definiskan sebagai model pembelajaran yang digunakan oleh
guru matematika di SDN 99 Pekanbaru yang menjadi tempat penelitian.
Pembalajaran di SD ini didominasi oleh metode ceramah dan tanya jawab, dimana
guru lebih cenderung lebih aktif sebagai sumber informasi bagi siswa dan siswa
cenderung pasif dalam menerima informasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar